Sumber Foto: Republika
NYANTRI–KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus salah satu sosok kiai yang humble dan mempunyai selesai humor yang cukup tinggi. Pengasuh pondok pesantren Raudlatul Thalibin, Leteh, Rembang ini sering diundang ke berbagai acara untuk mengisi pengajian. Dan Gus Mus pernah merasakan peristiwa-peristiwa yang tak terduga ketika mengisi pengajian.
Pernah suatu momen ketika sahabat Gus Dur tersebut diundang mengisi ceramah dengan tema pengajian “Nada dan Dakwah bersama Gus Mus dan Sri (bukan nama sebenarnya). Sri adalah seorang biduan yang sedang naik daun waktu itu. Diacara tersebut banyak tokoh hadir.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Sebagaimana pada umumnya orang-orang penting tersebut ditempatkan di kursi barisan depan. Pun dengan Gus Mus yang diapit oleh beberapa pejabat penting. Di depan mereka adalah panggung.
Setelah selesai ceramah, Gus Mus kembali ke kursi. Giliran biduan Sri melaksanakan tugasnhya untuk menghidur hadirin dengan lagu-lagu islaminya.
“Saya sangat bangga dan berdebar-debar mendapatkan kesempatan menyanyi di sini,” kata Sri membuka penampilannya.
“Apalagi di hadapan seorang ulama yang sangat saya kagumi dan menjadi idola saya.. Gus Muuus! Mana tepuk tangannyaaa? Tepuk tangan buat Gus Muuuussss !,”
Alununan musik dangdut mulai ditabuh. Meskipun lagu-lagu Islami tetapi namanya dangdut tetap menggoda hadirin untuk ikut bergoyang. Bagi Sri yang sudah kerjaan sehari-hari menghibur lewat lagu dangdutnya menjadi naluri tersendiri untuk menggoda orang untuk bergoyang.
Beberapa menit, Sri masih sedikit menjaga sikap goyangannya di atas panggung. Tetapi lagi-lagi nalurinya sebagai seorang pedangdut tak bisa ditahan-tahan. Sri akhirnya turun panggung dan mendekati para pejabat sambil lalu menggapit tangannya untuk bergoyang bersama. Para pejabat yang sudah diajak Sri pun tak kuasa menolaknya.
Gus Mus akhirnya gelisah ketika Sri mencari mangsa untuk diajak berjoget. Tetapi agar tak terlihat tegang, Gus Mus tampak memaksakan diri tersenyum-senyum menyaksikan aksi Sri. Dan sesaat kemudian layaknya malaikat yang diutus untuk menyelamatkan Gus Mus dari perasaan gelisah karena Sri, seorang panitia mendekat menyuguhkan minuman.
Spontan Gus Mus menanyakan letak toilet. “Dik, toilet di mana,” tanya Gus Mus sambil lalu menggapit panitia itu.
‘Oh, mari saya antarkan, Pak Kiai,”
“Nggak usah. Tunjukkan saja tempatnya, biar saya ke sana sendiri,” kata Gus Mus dan panitia menunjukkan posisi toilet berada di luar gedung.
“Dari situ terus kea rah kiri, Pak Kiai,” panitian menjelaskan.
Sambil mengangguk, Gus Mus bergegas menuju arah yang ditunjukkan panitia itu sambil menoleh ke kanan dan kiri. Dari situ, bukan toilet yang dituju Gus Mus tapi parkiran sambil mencari mobilnya. Gus Mus kemudian menyuruh sopirnya segera kabur dari acara tersebut.
Melihat Gus Mus tergesa-gesa, sang sopir bingung.
“Kok tergesa-gesa, Yai?,”
“Aku takut diajak, njoget,” jawab Gus Mus kepada Sopir.
Sumber Cerita: Buku Karena Kau Manusia, Sayangi Manusia karya Abdul Wahid