REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Selama bulan Ramadhan hingga menjelang hari raya Idul Fitri 1443 Hijriyah nanti, masyarakat diingatkan untuk tetap mewaspadai peredaran uang palsu (upal) dan lebih telti dalam bertransaksi.
Di tengah meningkatnya berbagai transaksi ekonomi dan peredaran uang di masyarakat tidak menutup kemungkinan hal itu dimanfaatkan oleh orang tak bertanggung jawab untuk mengedarkan upal.
Sehingga peredaran uang palsu juga bakal meningkat di tengah-tengah masyarakat. “Kami mengimbau agar masyarakat lebih teliti saat bertransaksi dengan uang tunai,” ungkap Kabidhumas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Iqbal Alqudusy, di Semarang, Ahad (10/4).
Terkait hal ini, lanjut Iqbal, Polda Jawa Tengah meminta masyarakat untuk waspada dan mengedepankan prinsip kehati-hatian, ketika sedang menukar uang atau ketika bertransaksi jual beli secara tunai.
Berdasarkan pengalaman, seiring meningkatnya aktivitas masyarakat oleh momentum seperti tahun baru, Ramadhan dan Idul Fitri merupakan saat yang rawan terhadap peredara upal di tengah masyarakat.
Para pelaku, lanjutnya, jamak memanfaatkan kelengahan para pedagang atau penjual di pasar yang sibuk melayani pembeli hingga tidak sempat untuk meneliti keaslian uang yang sudah diterimanya.
Untuk itu, masyarakat agar lebih berhati- hati, teliti dalam menggunakan uang tunai saat transaksi. Hal ini untuk megantisipasi peredaran uang palsu, pada momentum Ramadhan ini dan Lebaran nanti.
Sebaliknya, Ketika ada masyarakat yang dengan sengaja menggunakan, membelanjakan atau mengedarkan uang palsu, maka dapat dijerat dengan hukum, sesuai perundang- undangan yang berlaku, berupa hukuman 15 tahun penjara.
Untuk itu, kepada seluruh lapisan masyarakat di Jawa Tengah juga diminta untuk tidak terlibat dalam kejahatan peredaran upal dan kejahatan lain sejenisnya. maka masyarakat diminta untuk dapat membedakan uang asli dengan uang palsu dari sejumlah ciri fisik yang ada pada lembaran uang kertas.
Merujuk dari berbagai sumber, masih tambah kabidhumas, ada sejumlah cara untuk mengidentifikasi uang asli serta upal dari ciri fisiknya.
Pertama dari perbedaan warna uang asli dan palsu. Meskipun sekilas sama, tetapi jika dicermati ada perbedaan. ‘Sehingga ada baiknya lebih teliti dalam melihat warna dari uang tersebut,” jelas Iqbal.
Kedua, perbedaan bahan baku di mana uang kerta asli memiliki bahan baku dari serat kapas. Rupiah kertas yang asli juga dilengkapi dengan benang pengaman yang warnanya dapat berubah jika dilihat dari sudut pandang tertentu.
Sementara, untuk uang rupiah palsu tidak akan memiliki bahan baku yang sama dengan uang kertas yang asli. Berikutnya adalah tekstur uang, karena perbedaan uang asli dan palsu juga dapat diidentifikasi dari tekstur kertas.
Pada uang asli teksturnya cenderung kasar, terutama pada bagian lambang negara. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh pelaku pemalsuan uang. “Sangat sulit meniru membuat tekstur kasar pada bagian lambang negara,” katanya.
“Sementara itu apabila merujuk pada metode Bank Indonesia, masih lanjut kabidhumas, terdapat panduan langkah untuk mengecek keaslian uang dengan metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang),” jelas Iqbal.