Umat Islam harus menjadi umat yang tercerahkan sekaligus mencerahkan.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar Pengajian Ramadan 1443 Hijriah. Mengangkat tema utama Membangun Religiusitas yang Mencerahkan di Era Disrupsi, Pengajian Ramadan dihelat pada 5-7 April 2022 atau 4-6 Ramadhan 1443.
Ketua PP Muhammadiyah, Prof Syafiq Mughni menyampaikan, riset dari Pew Research Center 2020 menunjukkan 62 persen responden menilai agama berperan penting dalam kehidupan. Lalu ada 61 persen menyatakan Tuhan berperan penting dalam kehidupan.
Selain itu, ada 53 persen berpendapat doa penting dalam kehidupan mereka. Syafiq berpendapat, dari riset yang dilakukan di 34 negara ini mengingatkan lagi kalau tidak semua orang di dunia ini ternyata merasa keberadaan agama itu penting.
Uniknya, lanjut Syafiq, riset menunjukkan Indonesia menjadi bangsa yang memiliki religiusitas yang tertinggi. Disusul Nigeria, Filipina, Kenya, Afrika Selatan, baru negara-negara Eropa seperti belanda, Hungaria, Perancis, Ceko, dan Swedia.
Di sisi lain, Transparansi Internasional pada 2021 merilis hasil riset tentang 10 negara-negara paling bersih di dunia. Ada Denmark disusul Polandia, Selandia Baru, Norwegia, Singapura, Swedia, Swiss, Belanda, Luxemburg, dan Jerman.
Ia menekankan, dalam beragama fungsi-fungsi pencerahan harus tetap menjadi arus utama kehidupan. Kita kerap mengartikan pencerahan sebagai tanwir yang sering digunakan Muhammadiyah, menunjukkan betapa penting pencerahan bagi Muhammadiyah.
“Misi inilah yang terus diperjuangkan Muhammadiyah sepanjang zaman,” kata Syafiq. Ia merasa, sebagai Muslim, kita meyakini Islam merupakan agama yang mencerahkan.
Dengan Islam dunia dicerahkan, ajaran-ajaran kebenaran dan kebajikan, moralitas tinggi yang diajarkan agama dimaksudkan membawa pencerahan bagi alam semesta. Maka itu, umat Islam harus menjadi umat yang tercerahkan sekaligus mencerahkan.
Tercerahkan oleh agama kita, mencerahkan dunia ini seluruhnya. Umat manusia yang menjadi objek pencerahan, mereka harus dikenakan misi-misi pencerahan tersebut. Dalam gerakan pencerahan itu, ada tiga hal yang perlu digaris bawahi.
Pertama, ada spiritualitas, yang jadi pondasi kehidupan yang tanpa itu kehidupan jadi kering kerontang, tidak bermakna, tidak tahu yang harus dipersiapkan hadapi hari akhir.
Kedua lanjut dia, ilmu pengetahuan, yang dengan itu kita memahami sunnatullah, memanfaatkan ajaran-ajaran agama menjadi sesuatu yang riil dalam kehidupan. Tanpa itu, kita akan tetap menjadi orang-orang yang terbelakang, ditinggalkan kemajuan zaman.
Ketiga, ahlak, yang mana tidak selalu berjalan paralel dengan ilmu pengetahuan. Bahkan, bisa jadi sebaliknya, dengan ilmu pengetahuan kita manfaatkan semuanya untuk merusak kehidupan, korupsi dan bentuk-bentuk perusakan lain di dunia ini.
“Maka itu, ketiganya harus secara integratif kita manfaatkan dalam gerakan-gerakan pencerahan itu,” ujar Syafiq.