By | April 11, 2022

Umat Islam harus menjadi umat yang tercerahkan sekaligus mencerahkan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar Pengajian Ramadan 1443 Hijriah. Mengangkat tema utama Membangun Religiusitas yang Men­ce­rahkan di Era Disrupsi, Pengajian Ramadan dihelat pada 5-7 April 2022 atau 4-6 Rama­dhan 1443.

Ketua PP Muhammadiyah, Prof Syafiq Mughni menyampaikan, riset dari Pew Rese­arch Center 2020 menunjukkan 62 persen res­ponden menilai agama berperan penting da­lam kehidupan. Lalu ada 61 persen menya­ta­kan Tuhan berperan penting dalam kehidupan.

Selain itu, ada 53 persen berpendapat doa pen­ting dalam kehidupan mereka. Syafiq ber­pendapat, dari riset yang dilakukan di 34 ne­gara ini mengingatkan lagi kalau tidak semua orang di dunia ini ternyata merasa keberadaan agama itu penting.

Uniknya, lanjut Syafiq, riset menunjukkan Indonesia menjadi bangsa yang memiliki religiusitas yang tertinggi. Disusul Nigeria, Filipina, Kenya, Afrika Selatan, baru negara-negara Eropa seperti belanda, Hungaria, Pe­rancis, Ceko, dan Swedia.

Di sisi lain, Transparansi Internasional pada 2021 merilis hasil riset tentang 10 negara-negara paling bersih di dunia. Ada Denmark disusul Polandia, Selandia Baru, Norwegia, Sing­apura, Swedia, Swiss, Belanda, Luxemburg, dan Jerman.

Ia menekankan, dalam beragama fungsi-fungsi pencerahan harus tetap menjadi arus utama kehidupan. Kita kerap mengartikan pencerahan sebagai tanwir yang sering digu­nakan Muhammadiyah, menunjukkan betapa penting pencerahan bagi Muhammadiyah.

“Misi inilah yang terus diperjuangkan Mu­hammadiyah sepanjang zaman,” kata Syafiq. Ia merasa, sebagai Muslim, kita meyakini Islam merupakan agama yang mencerahkan.


Dengan Islam dunia dicerahkan, ajaran-ajaran kebenaran dan kebajikan, moralitas tinggi yang diajarkan agama dimaksudkan membawa pen­cerahan bagi alam semesta. Maka itu, umat Islam harus menjadi umat yang tercerahkan sekaligus mencerahkan.


Ter­cerahkan oleh agama kita, mencerahkan dunia ini seluruhnya. Umat manusia yang menjadi objek pencerahan, mereka harus dikenakan misi-misi pencerahan tersebut. Dalam gerakan pencerahan itu, ada tiga hal yang perlu digaris bawahi.


Pertama, ada spiritualitas, yang jadi pondasi kehidupan yang tanpa itu kehidupan jadi kering kerontang, ti­dak bermakna, tidak tahu yang harus diper­siap­kan hadapi hari akhir.

Kedua lanjut dia, ilmu pengetahuan, yang dengan itu kita memahami sunnatullah, me­man­faatkan ajaran-ajaran agama menjadi sesuatu yang riil dalam kehidupan. Tanpa itu, kita akan tetap menjadi orang-orang yang ter­belakang, ditinggalkan kemajuan zaman.

Ketiga, ahlak, yang mana tidak selalu ber­jalan paralel dengan ilmu pengetahuan. Bah­kan, bisa jadi sebaliknya, dengan ilmu peng­e­tahuan kita manfaatkan semuanya untuk me­rusak kehidupan, korupsi dan bentuk-ben­tuk perusakan lain di dunia ini.

“Maka itu, ketiganya harus secara integratif kita manfaatkan dalam gerakan-gerakan pen­cerahan itu,” ujar Syafiq.

    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *