By | April 8, 2022

Universitas Telkom punya fasilitas dan dukungan teknologi digital yang bisa dipakai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Forum Alumni Universitas Telkom (FAST) ingin berkontribusi kepada negara Indonesia dari sisi penanggulangan bencana melalui riset terkait kebencanaan. Hal ini disampaikan Presiden FAST Sri Safitri saat berkunjung ke kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).


“FAST ingin menjembatani kampus (Universitas Telkom) dengan BNPB untuk peluang riset di bidang kebencanaan,” ujar Sri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (8/4/2022).


Fitri berharap dapat terjalin kerja sama dalam hal penelitian di bidang penanggulangan bencana antara Universitas Telkom dengan BNPB. Hal ini karena Universitas Telkom memiliki fasilitas dan dukungan teknologi digital yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.


Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Telkom Angga Rusdinar menyatakan Universitas Telkom telah melakukan banyak penelitian dan inovasi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.


Sejak pandemi covid-19, ucap Angga, pihaknya membuat alat desinfektan ruangan berbasis Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau robot dan telah dihibahkan ke wisma atlet dan juga pemerintah.


“Penelitian dan inovasi lainnya yang telah dilakukan Universitas Telkom antara lain membuat sistem pendeteksi dan recovery bencana, prediksi dan simulasi tsunami, dan AI untuk mendeteksi tinggi permukaan laut,” kata Angga.


Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyambut baik peluang yang ditawarkan FAST dan Universitas Telkom. Menurutnya, penanggulangan bencana di Indonesia bukan hanya covid-19, tapi juga yang paling menyita perhatian dunia yaitu kebakaran hutan.


“Meski kita mengetahui covid-19 ini angka kasusnya sudah melandai, namun masih ada potensi bencana lainnya yaitu kebakaran hutan,” ujar Suharyanto.


Suharyanto merasa perlu untuk menerapkan teknologi dalam rangka mengoptimalkan tindakan-tindakan pencegahan maupun penanggulangan bencana. Dia menyebut penggunaan teknologi untuk mendeteksi titik api bisa memberikan tindakan pencegahan lebih efektif dan efisien sebelum api tersebut menjadi besar dan membakar hutan. 


Suharyanto juga mengatakan selain dua hal bencana tersebut, masih ada potensi bencana lainnya seperti tsunami, gunung berapi, dan gempa bumi.


“Untuk tsunami kita juga bekerja sama dengan BMKG secara intensif. Namun saya rasa perlu juga untuk dapat mendeteksi gunung berapi, serta melakukan mapping daerah yang terdampak gempa bumi,” kata Suharyanto.


Suharyanto berharap kerja sama antara Universitas Telkom dan BNPB yang difasilitasi oleh ini dapat menjawab masalah utama dalam bencana yakni pendataan.


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *