By | April 8, 2022

REPUBLIKA.CO.ID,GUNUNG KIDUL — Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaporkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini pada 2021 sebesar 5,22 persen karena mengalami kenaikan 0,69 persen yang diukur dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ditopang pertumbuhan pariwisata dan sektor jasa.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Gunung Kidul Rintang Awan Eltribakti Umbas mengatakan pariwisata dan sektor jasa menyumbang struktur PDRB Gunung Kidul paling tinggi hingga 18,37 persen. Sedangkan di posisi kedua ada sektor informasi dan komunikasi (infokom) yang menyumbang pertumbuhan sebesar 16,87 persen.

Menurut dia, dominasi sektor pariwisata pada pertumbuhan ekonomi Gunung Kidul sangat dipengaruhi oleh kebijakan PPKM. Sejak PPKM dilonggarkan, mobilitas masyarakat meningkat, sehingga berdampak pada kunjungan wisata. “Bisa dibilang pertumbuhan ekonomi dari sektor ini hampir menyamai dengan 2019, sebelum pandemi,” katanya.

Dia mengatakan PDRB Gunung Kidul pada secara nominal tercatat sebesar Rp20,42 triliun. Sedangkan PDRB riilnya atas dasar harga konstan mencapai Rp14,22 triliun, atau tumbuh sebesar 5,22 persen dari keadaan pada 2020.

Berdasarkan penghitungan PDRB tersebut dipotret dari dua pendekatan, yakni pendekatan produksi yang terdiri dari 17 kategori lapangan usaha dan dari pendekatan pengeluaran yang mencakup tujuh komponen pengeluaran.

Menurut dia, pada 2021, hampir semua lapangan usaha tumbuh positif namun dua diantaranya mengalami kontraksi, yakni administrasi pemerintahan dan pertambangan. Jasa lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 18,37 persen, disusul infokom sebesar 16,87 persen dan penyediaan akomodasi, makan, minum sebesar 10,89 persen.

Selanjutnya, sektor pertanian menjadi pangsa kontribusi yaitu 23,69 persen, berikutnya adalah informasi dan komunikasi 9,46 persen, konstruksi 9,44 persen, perdagangan sebesar 8,93 persen, dan administrasi pemerintahan mencapai 8,89 persen.

Kemudian, pertanian menyumbang struktur PDRB hingga 23,59 persen, tapi pertumbuhannya hanya 0,76 persen. “Meski pertumbuhannya paling rendah, sektor pertanian masih paling potensial untuk nilai tambah PDRB Gunung Kidul. Apalagi penduduk yang bekerja di sektor ini mencapai lebih dari 60 persen,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunung Kidul Saptoyo mengatakan pertanian tetap jadi salah satu prioritas untuk menopang pertumbuhan ekonomi di Gunung Kidul. “Pada 2020, pertumbuhan ekonomi Gunung Kidul minus, tapi masih bisa ditopang dari pertanian. Untuk itu, kami tetap melakukan optimalisasi pertanian. Antara lain dengan melakukan modernisasi hingga memadukan dengan wisata minat khusus seperti agrowisata,” katanya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *