DLH Sleman memangkas pohon-pohon rawan tumbang dengan mobil crane.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengoptimalkan penggunaan dua “mobil crane” untuk pemangkasan dahan atau penebangan pohon-pohon yang rawan tumbang saat terjadi angin kencang pada pancaroba tahun ini.
“Di DLH Sleman hanya ada dua alat atau ‘crane’ untuk pemangkasan pohon, sedangkan permintaan masyarakat untuk penebangan dan pemangkasan dahan cukup banyak,” kata Kepala DLH Kabupaten Sleman Ephiphana Kristiyanti di Sleman, Jumat (8/4/2022).
Dia mengakui dengan kendala kurang memadainya jumlah peralatan tersebut mengakibatkan penanganan atas laporan masyarakat terkait dengan pohon yang rawan tumbang tidak bisa dilakukan secara cepat.
“Kami tetap menindaklanjuti laporan masyarakat tersebut, pohon yang paling rawan yang kami dahulukan untuk dipangkas,” katanya.
Sebelumnya, Stasiun Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan saat ini seluruh wilayah DIY masuk pancaroba dengan prakiraan selama Maret hingga Mei 2022.
Masyarakat haru mewaspadai bahwa saat musim ini terdapat peningkatan potensi bencana hidrometeorologi, seperti hujan deras yang disertai angin kencang, petir, potensi banjir, genangan, serta tanah longsor.
Ephiphana mengatakan, pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap pohon-pohon perindang jalan yang kondisinya membahayakan. “Kondisi membahayakan ini, selain rawan tumbang juga termasuk pohon yang mengganggu pengguna jalan, seperti menutupi rambu lalu lintas,” katanya.
Ia mengatakan bahwa sejauh ini kewenangan DLH Sleman di ruas-ruas jalan tingkat kabupaten dan jalan desa. “Sedangkan untuk jalan nasional, jika ada pohon perindang jalan yang membahayakan maka akan kami koordinasikan dengan instansi terkait,” katanya.
DLH Kabupaten Sleman juga telah memberikan edukasi kepada masyarakat agar mawas diri dengan kondisi pohon di sekitarnya, serta meminta untuk terus aktif melaporkan kepada DLH Sleman jika terdapat pohon perindang yang mengganggu agar segera ditangani.
“Kegiatan tersebut juga dibarengi dengan penyuluhan ruang terbuka hijau, di mana keberadaan pohon tetap dibutuhkan oleh manusia sebagai penghasil oksigen,” katanya.
sumber : Antara