By | April 8, 2022

Jepang akan mengamankan alternatif dan dengan mengurangi impor secara bertahap.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Pemerintah Jepang akan memberlakukan larangan impor batu bara dari Rusia. Itu merupakan sanksi terbaru Negeri Matahari Terbit terhadap Moskow atas agresinya ke Ukraina.


“Kami akan melarang impor batu bara Rusia. Kami akan mengamankan alternatif dan dengan mengurangi impor secara bertahap, kami akan mengurangi ketergantungan kami pada energi Rusia,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Jumat (8/4/2022).


Pengumuman Jepang muncul beberapa hari setelah Komisi Eropa mengusulkan sanksi baru terhadap Rusia, termasuk larangan impor batu bara dari negara tersebut. “Empat paket sanksi telah memukul keras dan membatasi pilihan politik serta ekonomi Kremlin. Mengingat peristiwa, kami perlu meningkatkan tekanan kami lebih lanjut,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Selasa (5/4/2022) lalu.


Peristiwa yang dimaksud von der Leyen adalah dugaan pembunuhan massal yang dilakukan pasukan Rusia terhadap warga sipil di Bucha, Ukraina. “Kita semua melihat gambar-gambar mengerikan ini dari Bucha dan daerah lain ketika pasukan Rusia baru-baru ini pergi. Kekejaman ini tidak dapat dan tidak akan dibiarkan tanpa jawaban,” ucapnya.


Rusia telah membantah pasukannya membunuh atau bahkan membantai warga sipil di Bucha. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, rekaman video yang menunjukkan mayat warga sipil bergeletakan di kota Bucha pasca pasukan Rusia mundur dari daerah itu merupakan “serangan berita palsu”. Menurut Lavrov “pementasan” tersebut bertujuan meningkatkan sentimen anti-Rusia.


“Pada hari lain, serangan palsu lainnya dilakukan di kota Bucha di wilayah Kiev setelah militer Rusia meninggalkannya sesuai dengan rencana dan mencapai kesepakatan. Beberapa hari kemudian, pengaturan panggung diselenggarakan di sana, yang sekarang dipromosikan lewat semua saluran serta jaringan sosial oleh perwakilan Ukraina dan pelanggan Barat mereka,” kata Lavrov selama pertemuannya dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths, Senin (4/4/2022), dikutip Anadolu Agency.


Lavrov menjelaskan, pasukan Rusia meninggalkan Bucha pada 30 Maret. Sehari setelahnya, wali kota Bucha mengumumkan bahwa kondisi di sana baik-baik saja. “Kemudian beberapa hari kemudian, tiba-tiba sebuah pertunjukan diselenggarakan di jalan-jalan kota untuk tujuan anti-Rusia lebih lanjut,” ucap Lavrov.

sumber : Reuters

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *