Sebanyak persen 87 masyarakat memiliki antibodi karena vaksinasi dan infeksi alamiah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan potensi lonjakan kasus Covid-19 masih memungkinkan terjadi. Alasannya, sampai saat ini kekebalan komunal atau herd imunity masyarakat Indonesia terhadap Covid-19 belum terbentuk.
“Jadi, saat ini masih proses mencapai herd immunity. Masih ada potensi lonjakan kasus yang harus kita waspadai,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada Republika.co.id, Ahad (10/4/2022).
Nadia mengatakan, herd immunity masyarakat Indonesia belum terbentuk karena masih terdapat sejumlah syarat yang belum terpenuhi. Salah satunya syarat capaian vaksinasi minimal harus 70 persen dari total populasi.
Untuk diketahui, vaksinasi dosis pertama sudah diterima 197,5 juta orang, sedangkan dosis kedua diterima 161,4 juta orang. Jika dibandingkan dengan populasi Indonesia sebanyak 273,8 juta jiwa, maka presentarse vaksinasi dosis pertama dan kedua adalah 72 persen dan 58,9 persen.
Kendati belum mencapai herd immunity, tapi kasus baru Covid-19 terus menurun. Setelah mencapai puncak gelombang ketiga pada 16 Februari 2022 dengan 64.718 kasus baru, setelah itu kasus baru perlahan turun. Bahkan, dalam sepekan terakhir tercatat kasus baru berkutat di antara 1.000 hingga 2.400 saja per hari.
Menurut Nadia, faktor penyebab turunya kasus bukan karena herd immunity, tapi karena sebagian besar masyarakat sudah memiliki antibodi terhadap virus corona. “Hasil sero survei kan menunjukkan 87 persen masyarakat sudah memiliki antibodi meski level proteksinya beda-beda,” ujar Nadia.
Sero Survey terakhir dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Tim Pandemi FKM UI pada November-Desember 2021, yang hasilnya dirilis 18 Maret 2022. Sebagaimana dikutip dari situs resmi Kemenkes, anggota Tim Pandemi FKM UI, Prof Pandu Riono mengatakan antibodi 87 persen masyarakat memiliki antibodi karena gabungan dua faktor, yakni vaksinasi dan infeksi alamiah.