By | April 10, 2022

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Di bawah terik matahari yang hampir sejajar di atas kepala, sekelompok santri tampak berkumpul di halaman Masjid Al Huda, kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mina, Dusun Ngawinan, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Mereka mengelilingi jam istiwak (jam matahari) yang ada di pelataran masjid, sekaligus mendengarkan penjelasan perihal cara membaca penanda waktu tersebut, dari salah seorang takmir masjid setempat.

Di antara para santri juga ada yang memegang sebuah jam dinding untuk dicocokkan dengan waktu yang ditunjukkan oleh jam istiwak tersebut. “Ini pengenalan jam istiwak sekaligus edukasi  kepada para santri,” ungkap takmir Masjid Al Huda, Kadzaro, Sabtu (9/4/2022).

Menurutnya, penggunaan alat penunjuk waktu (jam) menjadi penting dalam mendukung berbagai kegiatan ibadah. Salah satunya dalam menentukan saat kumandang azan atau panggilan sholat lima waktu.

Namun secanggih apa pun teknologi yang diterapkan serta diaplikasikan dalam alat penunjuk waktu pada saat ini, masih saja menyisakan kelemahan. Khususnya terkait dengan ketepatan dan akurasi.

Inilah alasan di Ponpes Al Mina untuk tetap melestarikan jam istiwak/jam rubuk atau jam matahari. “Terlebih di bulan suci Ramadhan seperti sekarang ini, penting digunakan sebagai acuan dalam mendukung kegiatan ibadah para santri,” lanjutnya.

Kadzaro juga menyebut, keberadaan jam istiwak juga penting bagi santri dan masyarakat muslim yang ada di sekitar pondok, khususnya dalam mengedukasi untuk membiasakan sholat tepat waktu.

Karena kalau berpatokan pada penggunaan jam digital/elektrik bertenaga baterai pasti ada selisih (baik kurang atau lebih). Berbeda jika acuan waktunya menggunakan patokan jam matahari tentu akan lebih tepat.

Misalnya pada saat pukul 12.00, maka penanda pada jam istiwak pasti akan tepat dan presisi dengan garis penanda angka 12. Maka pada saat ibadah puasa acuan waktu jam istiwak ini  penting untuk meenentukan akurasi waktu dalam mengumandangkan azan.

Sehingga waktu kumandang azan di Masjid Al Huda ini juga menjadi rujukan bagi warga pondok maupun warga di lingkungan Dusun Ngawinan. “Tak hanya itu, keberadaan jam istiwak juga dijadikan acuan untuk pencocokan berkala semua jam yang ada di Ponpes Al Mina ini,” katanya.

Hanya saja, masih lanjut Kadzaro, saat cuaca mendung dan matahari tertutup oleh awan menjadi hambatan untuk membaca jam istiwak ini. “Karena pantulan jarum pada jam istiwak akan sulit terlihat,” tegasnya.

Salah seorang santri Ponpes Al Mina, Muhammad Anang Riza mengatakan, para santri memang diberikan pemahaman tentang jam istiwak ini. Tidak hanya di bulan Ramadhan saja, namun juga pada hari biasa di luar momentum Ramadhan.

Tujuannya untuk mengajarkan disiplin waktu terutama sholat kepada santri. “Sebelumnya, saya juga tahu dan baru diajarkan setelah belajar di pondok pesantren Al Mina ini,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *