Peretas berpura-pura menjadi jurnalis untuk mendorong pembicaraan dengan Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perusahaan induk Facebook Meta pada Kamis (7/4/2022) merinci serangkaian taktik siber yang digunakan oleh sejumlah kelompok terkait dengan Rusia dan Belarusia untuk menargetkan tentara dan warga sipil Ukraina. Meta mengungkapkan sejumlah taktik yang digunakan.
Ini termasuk menyamar sebagai jurnalis untuk mendorong pembicaraan Rusia, mencoba meretas lusinan akun Facebook tentara Ukraina, dan menjalankan kampanye terkoordinasi untuk mendapatkan postingan dari kritikus Rusia yang dihapus.
Meta mengatakan kelompok peretas yang dikenal sebagai Ghostwriter. Kelompok itu diyakini para pakar dunia maya berusaha meretas akun Facebook puluhan personel militer Ukraina. Dalam beberapa kasus, para peretas berhasil menjalankan aksinya.
“Mereka memposting video yang meminta Angkatan Darat untuk menyerah, seolah-olah postingan ini berasal dari pemilik akun yang sah. Kami memblokir video ini agar tidak dibagikan,” kata Meta, dikutip CNN, Jumat (8/4/2022).
Meta mencatat tindakan tersebut tampaknya meningkat sesaat sebelum invasi. Perusahaan telah mengamati bahwa akun yang terkait dengan KGB Belarusia tiba-tiba mulai memposting dalam bahasa Polandia dan Inggris tentang pasukan Ukraina yang menyerah tanpa perlawanan dan para pemimpin Ukraina yang melarikan diri pada 24 Februari, hari di mana Rusia memulai perang.
Meta juga mengatakan telah menghapus jaringan sekitar 200 akun yang dioperasikan dari Rusia yang berulang kali mengajukan laporan palsu tentang warga di Ukraina dalam upaya untuk membuat mereka dan postingannya dihapus dari platform. Akun-akun tersebut secara teratur melaporkan ke Meta bahwa warga di Ukraina telah melanggar aturan perusahaan tentang ujaran kebencian serta kebijakan lainnya.
Taktik yang dikenal sebagai pelaporan massal biasanya digunakan oleh orang-orang yang mencoba menutup akun media sosial lawan. Pendiri Digital Security Lab Ukraina Vadym Hudyma, sebuah organisasi yang membantu mengamankan akun daring jurnalis dan aktivis, mengatakan, invasi Rusia membawa lonjakan besar serangan terhadap akun media sosial melalui pelaporan massal.
“Banyak akun Twitter dan Facebook yang ditargetkan tidak diverifikasi yang mempersulit pemulihan akun organisasi. Misal, akun organisasi yang mengumpulkan uang dan mengoordinasikan pasokan medis dalam menanggapi invasi Rusia,” kata Hudyma.
Meta menyebut terus melihat penggunaan foto profil palsu dalam kampanye disinformasi. Dalam pengumuman sebelumnya pada bulan Februari, Meta telah menemukan dan menutup operasi pengaruh rahasia Rusia yang menjalankan akun yang menyamar sebagai orang di Kyiv, termasuk editor berita dan yang menargetkan orang Ukraina.
“Mereka mengaku berbasis di Kyiv dan menyamar sebagai editor berita, mantan insinyur penerbangan, dan penulis publikasi ilmiah tentang hidrografi, ilmu pemetaan air,” kata Meta dalam posting blog.