Azerbaijan sebelumnya telah mengajukan proposal ke Armenia tentang lima prinsip.
REPUBLIKA.CO.ID, BAKU – Armenia telah menerima dokumen yang diajukan oleh Azerbaijan tentang lima prinsip untuk menormalkan hubungan bilateral, Sabtu (9/4/2022) waktu setempat. Hal ini diumumkan oleh Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev melalui kantor kepresidenan Azerbaijan.
“Ilham Aliyev membuat pernyataan selama panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di mana mereka bertukar pandangan tentang hubungan antara Armenia dan Azerbaijan pada periode pasca-konflik,” kata kepresidenan Azerbaijan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir laman Yeni Safak, Ahad.
Para pemimpin membahas pembentukan kelompok kerja untuk mempersiapkan perjanjian damai, pembentukan komisi tentang delimitasi perbatasan, serta kegiatan kelompok kerja masalah transportasi dengan keterlibatan Azerbaijan, Rusia dan Armenia. Keduanya juga berbicara pada pertemuan 6 April antara Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan di Brussels.
Azerbaijan sebelumnya telah mengajukan proposal ke Armenia tentang lima prinsip. Diantaranya menyerukan pengakuan timbal balik atas kedaulatan, keutuhan wilayah, batas-batas internasional dan kemerdekaan politik satu sama lain; konfirmasi timbal balik bahwa kedua negara tidak memiliki klaim teritorial satu sama lain dan bahwa mereka tidak akan membuat klaim seperti itu di masa depan.
Selain itu proposal Azerbaijan meminta kedua negara menahan diri dari mengancam keamanan satu sama lain, menggunakan ancaman dan kekerasan terhadap kemerdekaan politik dan integritas wilayah satu sama lain, dan situasi lain yang tidak sesuai dengan tujuan Piagam PBB. Menetapkan perbatasan dan menjalin hubungan diplomatik, dan pembukaan jalur transportasi dan komunikasi, pembentukan jaringan komunikasi lain yang relevan dan kerjasama di bidang yang diminati.
Hubungan antara bekas republik Soviet sudah tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh atau dikenal juga sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan. Setelah bentrokan baru meletus pada September 2020, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan lebih dari 300 pemukiman dan desa yang diduduki oleh Armenia selama hampir 30 tahun. Pertempuran berakhir pada November 2020 dengan kesepakatan yang ditengahi oleh Rusia.