Pansel sempat memundurkan batas waktu pendaftaran dari 8 Maret menjadi 8 April.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Panitia Seleksi (Pansel) Calon Anggota Komnas HAM RI Periode 2022-2027, Prof Makarim Wibisono, mengungkapkan rendahnya jumlah pelamar calon anggota Komnas HAM. Ia menduga salah satu penyebabnya karena situasi bernegara saat ini.
Prof Makarim menyebut ada 1.200 orang pelamar yang mendaftarkan dirinya untuk menjadi calon anggota Komnas HAM. Namun hingga pendaftaran ditutup pada Jumat (8/4/2022), baru 78 pelamar yang melengkapi berkas pendaftaran. Adapun sisa pelamar masih ditunggu melengkapi berkas hingga 12 April.
“Sudah 78 (pelamar) yang menyerahkan berkas secara tertulis yang dikirim langsung ke kantor. Belum termasuk yang kirim dari internet. Kita bolehkan lamaran baik berbentuk tertulis atau via internet sampai tanggal 12 (April),” kata Prof Makarim kepada Republika.co.id, Sabtu (9/4/2022).
Prof Makarim menerangkan para pelamar ada yang berasal dari luar pulau Jawa, walau didominasi pelamar dari Jakarta dan Jawa Barat. Mereka berasal dari latar belakang yang bervariasi.
“Mereka miliki latar belakang profesi yang banyak berkaitan dengan HAM. Termasuk pengajar HAM di kampus, mantan divisi hukum kepolisian, bekas hakim, bekas advokat, mantan jaksa,” tutur Prof Makarim.
Prof Makarim menilai pelamar calon anggota Komnas HAM periode 2022-2027 cenderung turun. Bahkan Pansel sampai harus memundurkan batas pendaftaran dari semula 8 Maret menjadi 8 April karena sepinya peminat.
Dalam wawancara dengan Republika.co.id sebelumnya, Prof Makarim menyebut pelamar hingga 3 Maret ada sebanyak 1.041 orang. Praktis jumlah pelamar hanya bertambah 159 orang walau durasi pendaftaran diperpanjang sebulan.
“Kalau dari segi jumlah pelamar memang turun, tapi tidak cuma (seleksi calon anggota) di Komnas HAM saja,” ujar Prof Makarim.
Prof Makarim belum bisa menyimpulkan alasan kendala rendahnya pelamar tersebut. Tapi ia menduga salah satunya karena situasi bangsa saat ini. “Mungkin karena Covid-19 ini atau juga saat ini pada suasana yang kurang menarik buat mereka. Itu kelihatannya begitu,” ucap Prof Makarim.
Walau demikian, Prof Makarim memandang kualitas pelamar dilihat dari latar belakang dan kompetensinya cenderung membaik. “Mungkin dari segi jumlah tidak sebanyak yang lalu tapi kualitasnya cukup menggembirakan,” sebut Prof Makarim.
Di sisi lain, Prof Makarim mengatakan unsur keterwakilan turut menjadi perhatian dalam seleksi kali ini. “Keterwakilan perempuan sekitar 15 persen. Kualitas yang mendaftar bagus-bagus, mereka ada yang aktivis,” kata Prof Makarim.