By | April 11, 2022

Tim dengan banyak pemain muda harus didampingi beberapa pemain senior.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Nama-nama pemain muda di Liga 1 2021/2022 bermunculan. Sebut saja Marselino Ferdinan, Bagas Kaffa, Supriyadi dan lainnya. Mereka tampil karena mendapatkan kepercayaan besar dari pelatihnya.


Pengamat sepak bola Indonesia Mohamad Kusnaeni mengapresiasi perkembangan para pemain muda ini. Namun ia mengingatkan, ada kesalahan berarti ketika memproyeksikan pemain muda pada kompetisi musim lalu tanpa perhitungan matang. Menurutnya, mengganti skuad dengan mayoritas pemain muda jadi awal penyebab tim terseok-seok.


“Ketika tim di awal musim menekankan filosofi pemain muda, tentu itu hal yang positif dan dilakukan oleh Barito Putera dan Persipura pada musim lalu,” kata Bung Kus, sapaan Mohamad Kusnaeni.


“Dengan filosofi mengembangkan pemain muda, mereka membuang pemain senior, mencoret pemain yang sudah menjadi ikon klub dengan harapan membuat ikon baru dari bintang muda itu, itu pemikiran ideal,” kata Bung Kus.


Dia menekankan bahwa penampilan apik pemain muda selama pramusim tidak menjamin dengan apa yang terjadi di kompetisi. Hal itu pun terbukti pada musim lalu. Sebab tekanan berbeda dari turnamen pramusim dan kompetisi penuh.


“Pramusim itu jangka pendek dan tekanan berbeda, kalau kompetisi itu sepanjang tahun, tekanan berat, filosofi untuk mengorbitkan pemain muda itu bagus tapi harus profesional,” kata Bung Kus.


Bung Kus mengatakan, pemain muda membutuhkan jam terbang dan kesempatan bermain. Namun jika tidak diimbangi bimbingan senior, performa pemain muda bisa tak maksimal karena aspek mental.


“Menurut saya secara pribadi, hasil yang tidak menggembirakan akibat terlalu cepat melakukan regenerasi yang kurang proposional. Pemain muda yang dimainkan tidak mendapat bimbingan dari pemain senior sehingga hasil yang didapat juga jadi tidak maksimal,” kata Bung Kus.


Di tengah musim, tim yang mayoritas menurunkan pemain muda pun melakukan rotasi dari mulai kepelatihan hingga skuad. Hasilnya pun berbeda-beda. Sebut saja Persebaya yang berhasil berakhir di papan atas dan Barito Putera yang selamat dari degradasi. Persipura justru terpaksa degradasi karena masalah di awal musim tersebut.


Menurut Bung Kus, idealnya pemain muda dimasukkan secara bertahap, supaya matang secara alamiah. Menurut dia, jika mayoritas pemain muda tanpa dukungan senior akan membuat mereka seperti dikarbit dan terkena guncangan. “Untung ada yang sempat melakukan perbaikan. Yang tidak sempat membuat perbaikan, akhirnya terseok seok, itu dialami oleh Persipura dan juga Barito Putera,” kata Bung Kus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *