By | April 9, 2022

Alquran menyebutkan paradigma manusia sepanjang masa terhadap bumi

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengatakan  manusia merupakan aktor utama di balik lestari atau rusaknya bumi. Karenanya, pandangan manusia itu yang menentukan kondisi bumi dan alam semesta. 


Haedar menjelaskan, Alquran memuat tiga macam paradigma memperlakukan bumi dan alam semesta.


Pertama, paradigma kekhalifahan karena diamanati tugas menjalankan fungsi kekhalifahan atau wakil Allah, memakmurkan bumi dan melawan kerusakan. Alquran menjelaskan, dalam Al Baqarah ayat 30 sebagai berikut: 


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ


“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.  


Ayat ini berisi dua sisi kalau manusia bisa jadi pembangun, tapi juga bisa menjadi perusak. Fungsi kekhalifahan manusia yaitu menghilangkan sisi merusak itu, sehingga jadi manusia pembangun. Alquran mempertegas ayat itu dengan surat Hud ayat 61 sebagai berikut:  


 هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ


“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).”


Memakmurkan, buat sesuatu mengolah jadi baik, dalam takaran seksama, tidak berlebih, tidak eksploitatif. Sebab, ada yang mengelola tapi mengeksploitasi demi keuntungan sebesar-besarnya. 


Itu hasrat manusia yang primitif dan alamiah. Maka itu, di sini, manusia disuruh selalu bertauhid kepada Allah agar tidak rakus karena mereka yang kuat tauhid, akan rendah hati dan ingin selalu menjaga alam ciptaannya dan tidak merusak.


“Ketika dia merusak, maka pertanggung jawabannya kepada Tuhan,” kata Haedar dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Pontianak, Sabtu (9/4/2022),


Paradigma kedua, tipologi fasadah atau merusak. Mengutip Surat Ar Rum ayat 41 dan 42: 


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ


“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”  


Manusia kalau sudah merasa digdaya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan kekuasaan, menuruti hawa nafsu yang berlebihan dalam mengeksploitasi.


Orang baik bisa jadi buruk saat berkuasa terlalu lama. Saat terlalu bergelimang harta kekuasaan dan pesona dunia, akhirnya berbelok arah jadi tidak biasa atau israf, rakus karena dorongan nafsu fujara yang mendapat ruang luas kehidupan. 


Paradigma ketiga nifaq atau hipokrit. Alquran menyebutkan ini dalam surat Al Baqarah ayat 11. 


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ “Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” 


Mereka merasa sedang melakukan perbaikan atau pembangunan dengan susunan dan landasan teori yang kuat, padahal sejatinya merusak. 


Maka, kita harus menjadikan kekhalifahan di lingkungan berada agar jangan jadi fasad, perusak muka bumi dan jangan nifak atas nama membangun akhirnya merusak.


Di situ pentingnya Muhammadiyah sebagai gerakan amar makruf nahi munkar dan tajdid. Yaitu, membawa nilai-nilai luhur Islam dengan keadaban tinggi, dengan perspektif yang kaya tapi rendah hati.


Jadi jangan merasa sebagai pemilik kebenaran tunggal yang akan menjadikan arogan dalam berdakwah dan menyuarakan suara kebenaran. “Kita tetap rendah hati karena di balik kehebatan kita manusia, ada keterbatasan,” ujar Haedar.  


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *