By | April 10, 2022

Lewat analisa darah, akhirnya penyebab alergi daging kini berhasil ditemukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ada orang yang tiba-tiba menderita alergi terhadap daging, walaupun sebelumnya selalu memakan daging. Lewat analisa darah, akhirnya penyebabnya kini berhasil ditemukan.


Claudia Milfelner tiba-tiba menderita alergi daging. Penderitaannya diawali dengan makan malam yang lezat. Beberapa jam setelahnya masalah muncul. Dia tidak bisa tidur, gatal-gatal di seluruh tubuh, dan perut sakit. 


“Saya tidak tahu apa yang terjadi, kalau tiba-tiba gatal-gatal muncul. Jantung mulai berdebar-debar, dan perut keram serta diare,” ucap dia.


Ia segera menduga, itu pasti reaksi alergi. Tapi terhadap apa? 


Dia menduga, terhadap daging. Tapi dokternya menganggap itu mustahil. Dalam banyak studi tentang alergi, nama seorang dokter ahli imunologi kerap disinggung, yaitu Thomas Platts-Mills. 


Dugaan alergi daging semakin sering muncul


Ia menjelaskan, alergi daging ini sangat berbeda dari yang sudah kita ketahui sejauh ini. “Mereka mengkonsumsi daging, kemudian reaksinya muncul beberapa jam kemudian. Itu tidak masuk akal,” kata Platts Mills.


Platss-Mills mula-mula tidak melihat adanya kaitannya dengan daging. Namun, tidak lama kemudan muncul kasus lain yang serupa, dan kembali mengedepankan dugaan alergi daging. Tes yang dilakukan dengan obat menunjukkan adanya reaksi alergi tiba-tiba. Padahal tes elrgi selama ini tidak menunjukkan adanya masalah.


Thomas Platts-Mills bercerita, satu-satunya langkah pintar yang ia ambil ketika itu, adalah meminta klinik memberikan sampel darah dari setiap orang.


Antibodi penyulut alergi


Dalam sampel darah itu, Profesor Platts-Mills akhirnya menemukan antibodi terhadap molekul kecil yang terkandung di dalam obat. Namanya Alpha-Gal. Antibodi yang melawan Alpha-Gal menyulut reaksi alergi. Tetapi Alpha-Gal tidak hanya digunakan di dalam obat-obatan. 


Molekul itu secara alamiah terkandung di dalam daging banyak hewan mamalia. Kemudian Platts-Mills dan timnya sadar, orang-orang yang mengaku alergi daging, tubuhnya juga memperoduksi antibodi yang sama.


Ternyata antibodi terhadap Alpha-Gal juga ditemukan pada darah Claudia Milfelner. Akhirnya dia bertemu dengan seorang dokter yang mengetahui studi Profesor Platts-Mills, dan mendiagnosa Claudia Milfelner menderita alergi daging .


Ada satu pertanyaan masih belum terjawab. Mengapa para penderita alergi itu sebelumnya bisa mengkonsumsi daging tanpa menderita alergi? Thomas Platts-Mills menyadari satu hal. Semua pasien berasal dari bagian tenggara AS. 


Mereka lalu mengecek sejumlah peta lewat Google. Peta meliputi penyebaran jamur, cacing, sikap manusia, dan peta-peta lainnya. Juga peta tentang penyakit.


Kutu penular penyakit


Akhirnya ditemukan satu hal yang sama. Di daerah di mana banyak muncul alergi daging, juga ada penyakit lain, yaitu tifus Rocky Mountain. Penyakit ini ditularkan oleh sejenis kutu. Pertanyaan berikutnya yang timbul adalah, apakah Alpha-Gal juga berasal dari kutu yang menyebabkan alergi daging?


Peneliti kemudian menghubungi para pasien dan menanyakan apakah mereka pernah digigit kutu. Dugaan mereka ternyata benar. Hampir semua pernah digigit kutu, tak lama sebelum alergi daging muncul. Menurut sebuah teori, molekul Alpha-Gal masuk ke darah manusia bersama air liur kutu. 


Di sini, sistem kekebalan tubuh mengidentifikasi ancaman dan membentuk atibodi. Sejak itu, antibodi juga terbentuk jika ada molekul Alpha-Gal yang masuk ke sistem pencernaan pasien lewat daging yang dikonsumsi. 


 


 


sumber: https://www.dw.com/id/kasus-alergi-daging-misterius-berkaitan-dengan-gigitan-kutu/a-61101934

sumber : DW

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *