By | April 13, 2022

Muhammadiyah telah lama berjuang mengentaskan kemiskinan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendorong Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk bersama-sama mengatasi kemiskinan spiritual dan material bangsa.

“Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yakni miskin material dan miskin spiritual. Keduanya memiliki perbedaan ciri yang bisa diketahui dan mudah dikenali,” katanya saat menghadiri Tadarus Ramadhan UMM di Malang, Jawa Timur, Rabu (13/4/2022).

Menurut dia, selain ada sebagian masyarakat yang bergelut dengan kemiskinan material, banyak juga orang kaya yang saat ini mengalami kemiskinan spiritual. Hal itu bisa dilihat dan berefek pada perilaku yang ditampakkan sehari-hari.


Tidak hanya terlihat pada pribadi, namun juga terjadi kepada masyarakat. Menurut dia, kemiskinan harta benda itu sulit diatasi. Namun, menanggulangi kemiskinan spiritual lebih rumit lagi.


Banyak orang yang cepat sadar dan mengaku bahwa dirinya miskin material. Bahkan, banyak yang mengaku miskin ketika bantuan sosial (bansos) dihadirkan. Berbeda dengan kesadaran kemiskinan spiritual yang sulit muncul di benak manusia.

“Mereka merasa baik-baik saja, padahal orang lain melihat dirinya sudah melampaui batas dan tidak wajar. Perilaku sombong, kikir, serakah, maksiat kerap kali ditunjukkan. Bahkan, mereka sebenarnya sudah sadar, namun malah berbangga diri dengan sikap buruk yang dilakukan,” ujarnya.

Oleh karena itu, Muhadjir mendorong Muhammadiyah khususnya UMM untuk bisa mengatasi dan menjangkau keduanya, baik kemiskinan spiritual maupun material. Misalnya, dari Fakultas Agama Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta lainnya bisa perlahan mengikis kemiskinan spiritual.


Sedangkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial Politik dan pihak lainnya dapat memberi solusi akan masalah kemiskinan harta. Ia menilai Muhammadiyah telah lama berjuang mengentaskan kemiskinan, baik melalui pemberdayaan maupun penyadaran spiritualitas.


Keberpihakan terhadap orang miskin, anak yatim, dan kaum pinggiran juga sesuai dengan teologi Al-Maun Muhammadiyah. “Semoga di Ramadhan ini kita dapat dijauhkan dari sifat-sifat iri, dengki, culas dan perilaku buruk lainnya, bulan suci ini juga dapat dijadikan sebagai momen koreksi untuk memperbaiki diri di kemudian hari,” katanya.

Rektor UMM Dr Fauzan mengatakan rangkaian agenda yang disiapkan ini dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran, khususnya kesadaran bahwa para civitas akademika adalah makhluk Allah SWT.

“Saya yakin dosen dan karyawan ‘Kampus Putih’ ini senantiasa memiliki niat untuk menjadi orang baik. Maka, saya rasa Ramadhan adalah momen dan kesempatan yang tepat menambah kebaikan yang sudah dilakukan dan mengubah hal-hal yang kurang baik,” jelas dia.

sumber : Antara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *