Mencari solusi bahan bakar fosil adalah satu-satunya pilihan bagi Yunani.
REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA — Yunani akan mempercepat pengeboran hidrokarbon dan eksplorasi gas, untuk mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia. Langkah itu dilakukan ketika beberapa negara Eropa lainnya ingin mengurangi ketergantungan pada energi Rusia.
“Kami memiliki indikasi yang membuat kami optimis dengan hati-hati. Kita harus tahu pasti apakah ada cadangan yang secara ekonomi layak untuk digali. Kita akan tahu pada akhir 2023,” kata Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, dilansir Anadolu Agency, Rabu (13/4/2022).
Mitsotakis mengatakan, mengurangi ketergantungan pada gas alam Rusia dan mencari solusi bahan bakar fosil adalah satu-satunya pilihan bagi Yunani. Hal ini akan memastikan swasembada negara dan harga yang lebih terjangkau.
Upaya peningkatan eksplorasi akan berkonsentrasi pada enam wilayah, satu di wilayah Epirus utara dan lima lokasi lainnya di lepas pantai dalam zona ekonomi eksklusif, termasuk Laut Ionia, Teluk Kyparissia, dan Kreta.
Mitsotakis mengatakan, Yunani tidak akan mengabaikan tujuan jangka panjangnya untuk mengurangi emisi karbon. Pada 7 April Yunani mengumumkan akan melipatgandakan produksi lignitnya. Sebelum perang Rusia-Ukraina dimulai, Rusia menyediakan sekitar 40 persen dari konsumsi gas alam Yunani.
Sebelumnya, OPEC mengatakan kepada Uni Eropa pada Senin (11/4/2022), sanksi saat ini dan di masa depan terhadap Rusia dapat menciptakan salah satu guncangan pasokan minyak terburuk. OPEC juga mengatakan tidak mungkin mengganti volume tersebut, serta mengisyaratkan pihaknya tidak akan memompa lebih banyak.
OPEC telah menolak seruan Amerika Serikat dan Badan Energi Internasional untuk memompa lebih banyak minyak mentah guna mendinginkan harga, yang mencapai puncak 14 tahun bulan lalu setelah Washington dan Brussels memberlakukan sanksi terhadap Moskow menyusul invasi Rusia ke Ukraina.